Top Ad unit 728 × 90

Wajib Diapresiasi !! Penutupan Hari Ini Rupiah Menguat, IHSG Melesat Paling Tinggi di Asia


RAKYAT SOSMED - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 1,31% pada perdagangan terakhir di pekan ini ke level 5.851,47. IHSG berhasil menguat kala bursa saham utama kawasan Asia kompak terjebak di zona merah: indeks Nikkei turun 0,8%, indeks Kospi turun 0,26%, indeks Strait Times turun 0,55%, dan indeks Hang Seng turun 0,01%.

Investor bisa dibilang sangat bersemangat untuk berburu di pasar saham pada hari ini, terlihat dari volume perdagangan yang mencapai 9,09 miliar saham, sangat jauh mengalahkan rata-rata volume transaksi harian tahun 2018 yang sebanyak 7,33 miliar saham (hingga perdagangan hari Rabu, 5/9/2018).

Investor terdorong untuk melakukan aksi beli seiring dengan rupiah yang menguat sebesar 0,47% di pasar spot ke level Rp 14.815/dolar AS.


5 saham yang berkontribusi paling signifikan bagi kenaikan IHSG adalah: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+4,58%), PT Astra International Tbk/ASII (+4,41%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (+6,08%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+2%), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,4%).

Sebelumnya, kajian dari Tim Riset CNBC Indonesia memang menunjukkan bahwa investor nampaknya akan terus menahan diri untuk melakukan aksi jual secara besar-besaran, bahkan mungkin cenderung mengoleksi saham-saham di tanah air menjelang akhir tahun.

Pasalnya, terhitung sejak 30 Agustus hingga 5 September (5 hari perdagangan) kala IHSG terus turun dan terkoreksi 6,3%, rata-rata volume transaksi justru ambruk menjadi hanya 5,77 miliar unit saham.

Pelemahan rupiah yang signifikan pada periode itu (1,91% di pasar spot melawan dolar AS) tak cukup kuat untuk memaksa investor melepas saham dalam unit yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa banyak pelaku pasar yang menahan posisinya.

Apalagi, akhir tahun kental dengan fenomena window-dressing, dimana harga-harga saham akan terkerek naik. Lebih lanjut, dalam 8 tahun terakhir (2010-2017), memang tak sekalipun IHSG jatuh sepanjang 2 tahun berturut-turut. Ini artinya, besar kemungkinan IHSG akan menghijau pada tahun depan.

Dari sisi eksternal, sejatinya ada risiko yang menghantui yakni perang dagang antara AS dan China. Kemarin (6/9/2018), tahapan dengar pendapat untuk aturan pengenaan bea masuk baru bagi produk-produk impor asal China senilai US$ 200 miliar sudah berakhir.

Sebelumnya telah beredar kabar bahwa Presiden AS Donald Trump akan segera mengeksekusi kebijakan tersebut segera setelah tahapan dengar pendapat selesai. Trump bisa mengumumkan kebijakan tersebut pada hari ini juga.

Mengutip Bloomberg, perusahaan-perusahaan teknologi dan ritel ternama asal AS telah berusaha meyakinkan Trump untuk membatalkan pengenaan bea masuk tersebut. Cisco Systems Inc. dan Hewlett-Packard Enterprise Co. merupakan contoh perusahaan teknologi yang menyuarakan penolakannya.

Kemungkinan pengenaan bea masuk baru ini menjadi sangat besar setelah Kementerian Perdagangan AS melaporkan defisit perdagangan AS dengan China menyentuh rekor tertinggi yaitu US$ 36,8 miliar pada bulan Juli, naik 10% YoY.

Sementara itu, defisit neraca dagang secara total adalah sebesar US$ 50,1 miliar, naik 9,5% YoY. Ini merupakan defisit terdalam selama 5 bulan terakhir.

Sebagai informasi, tarif baru yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 200 miliar merupakan yang terbesar jika jadi diterapkan. Dua kali pengenaan tarif baru oleh AS sebelumnya hanya menyasar barang-barang senilai US$ 34 miliar dan US$ 16 miliar.

Kementerian Perdagangan China kemarin sudah menyatakan bahwa Beijing akan meluncurkan aksi balasan jika AS tetap bersikeras mengeksekusi rencananya.

Dari dalam negeri, sentimen negatif datang dari rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Kemarin, Bank Indonesia (BI) merilis IKK periode Agustus 2018 di level 121,6, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 124,8. Capaian tersebut merupakan yang terendah sepanjang tahun 2018.

Melemahnya optimisme konsumen pada bulan Agustus disebabkan oleh penurunan kedua komponen pembentuknya, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK).

IKE pada bulan Agustus tercatat sebesar 109,2, turun 5,8 poin dari bulan sebelumnya. Sementara itu, IEK bulan Agustus tercatat sebesar 133,9, lebih rendah dari capaian bulan Juli yang sebesar 134,7.

Sayangnya, investor asing belum bergerak masuk ke bursa saham tanah air, terlepas dari IHSG dan rupiah yang sama-sama menguat. Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan jual bersih sebesar Rp 280,2 miliar.

5 besar saham yang paling banyak dilepas investor asing adalah: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 77,9 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 66,8 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 42,9 miliar), PT MNC Land Tbk/KPIG (Rp 38,9 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 26,6 miliar).
  • [message]
    • [👀 SUMBER BERITA Dan Judul Asli - Mari Kita Sama Sama Cross Check, Pada Dasarnya Situs Ini Hanyalah Mengambil Isi Tulisan Dari Link Dengan Judul Dibawah Ini - Terima Kasih]

Wajib Diapresiasi !! Penutupan Hari Ini Rupiah Menguat, IHSG Melesat Paling Tinggi di Asia Reviewed by Wakil Sosmed on September 07, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by WASOS © 2014 - 2015
Powered By Blogger, Designed by MasalahTekno

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.